Pentingnya Masjid Al-Aqsa Bagi Umat Islam

Save The World By Saving Aqsa

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۝١

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(QS. Al-Isra’: 1)

Masjid Al-Aqsa memiliki banyak dimensi penting, baik dari sudut pandang agama, sejarah, politik, dan kemanusiaan. Untuk itu, berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai pentingnya Masjid Al-Aqsa bagi kita umat Islam

Kiblat pertama umat Islam:

Sebelum Ka’bah di Mekah menjadi kiblat, Masjid Al-Aqsa di Yerusalem adalah kiblat pertama bagi umat Islam. Perpindahan kiblat ini terjadi setelah perintah Allah dalam Al-Qur’an, dan hal tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan Islam. Kiblat pertama umat Islam ini berlaku sebelum Rasulullah SAW diperintahkan untuk memindahkan kiblat dari Masjid Al Aqsa ke Masjidil Haram seperti sekarang.

Kiblat menjadi hal penting dalam syariat Islam. Mengutip dari buku Kamus Al-Qur’an: Quranic Explorer karya Ali As-Sahbuny, kiblat adalah arah bagi setiap umat muslim di seluruh dunia saat melakukan ibadah salat.

    وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ۝١٤٣

    Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.(QS. Al-Baqarah’: 143)

    Keutamaan Sholat di Masjid Al-Aqsa

    Rasulullah SAW bersabda:

    لَا تُشَدُّ الرِّجَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِي هَذَا، وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

    “Tidak boleh melakukan perjalanan (ibadah) kecuali kepada tiga masjid, Masjidil Haram, Masjidku ini dan Masjidil Aqsha. “

    Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

      أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلَالًا ثَلَاثَةً سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حِينَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فِيهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِيْ رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ

      “Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)” [Hadits ini diriwayatkan An-Nasa’i, dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta selain mereka]

      Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

      تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهُمَا أَفْضَلُ أَمَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ أَفْضَلُ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَلَنِعْمَ الْمُصَلَّى هُوَ وَلَيُوْشَكَنَّ لأَنْ يَكُوْنَ لِلرَجُلِ مِثْلُ شَطْنِ فَرَسِهِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ “مِثْلُ قَوْسِهِ”) مِنَ الأَرْضِ حَيْثُ يُرَى مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

      “Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)” [Hadits ini diriwayatkan An-Nasa’i, dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta selain mereka]

      Hadits ini adalah hadits yang paling shahih tentang pahala shalat di Masjidil Aqsha. Hadits ini menunjukkan, shalat di Masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti empat shalat di Masjid Aqsha. Pahala shalat di Masjidil Aqsha setara dengan 500 kali (di masjid lainnya).

      Isra Mi’raj

      Isra’ dan Mi’raj bukan hanya sebuah peristiwa fisik, tetapi juga peristiwa spiritual yang memperkuat kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Perjalanan ini menunjukkan keagungan Allah dan memperkenalkan umat Islam pada kewajiban ibadah yang sangat penting, yaitu shalat. Selain itu, peristiwa ini menegaskan kembali pentingnya Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem dalam konteks Islam. Isra’ dan Mi’raj adalah momen yang sangat berarti bagi umat Islam dan menjadi bagian integral dari ajaran agama Islam.

      • Isra’ (Perjalanan Malam)

      Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Perjalanan ini dilakukan dalam waktu semalam, sebuah perjalanan yang luar biasa jauh dan cepat, yang melibatkan mukjizat yang hanya bisa dilakukan oleh Allah SWT. Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW didampingi oleh malaikat Jibril.

      Makna Isra’: Perjalanan ini menghubungkan dua tempat suci umat Islam, yakni Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Isra’ menunjukkan kemuliaan dan keistimewaan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, serta tanda kekuasaan Allah yang memungkinkan perjalanan jauh dalam waktu yang singkat.

      • Mi’raj (Kenaikan ke Langit)

      Mi’raj adalah lanjutan dari Isra’, yaitu peristiwa kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Aqsa ke langit. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW menghadap langsung kepada Allah SWT di Sidratul Muntaha, tempat yang sangat tinggi dalam alam semesta, tempat dimana tidak ada seorang pun yang dapat melewatinya kecuali Nabi Muhammad SAW.

      Dalam Mi’raj, Nabi Muhammad SAW melihat berbagai keajaiban alam semesta dan mendapatkan berbagai wahyu penting dari Allah SWT, termasuk kewajiban shalat lima waktu (yang awalnya 50 kali, namun kemudian dikurangi menjadi lima setelah permohonan Nabi Muhammad SAW).

      Makna Mi’raj: Mi’raj mengandung makna kedekatan spiritual antara Nabi Muhammad SAW dengan Allah, serta menunjukkan tingginya derajat Nabi Muhammad SAW di sisi Allah. Selain itu, Mi’raj juga menjadi momen di mana kewajiban ibadah shalat yang sangat penting dalam Islam ditetapkan langsung oleh Allah.

      • Peristiwa Isra’ dan Mi’raj dalam Kehidupan Nabi Muhammad SAW

      Peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tahun ke-10 setelah kenabian (sekitar tahun 621 M), pada saat Nabi Muhammad SAW sedang mengalami tahun yang penuh dengan ujian. Pada tahun tersebut, beliau baru saja kehilangan dua orang yang sangat dekat dengan beliau: Khadijah (istrinya yang sangat mendukungnya) dan Abu Talib (paman yang melindungi beliau). Kejadian ini juga terjadi setelah penolakan keras dari penduduk Ta’if terhadap dakwah beliau. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj memberikan kekuatan spiritual dan keyakinan yang sangat besar kepada Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi tantangan dakwahnya.

      • Kewajiban Shalat: Salah satu ajaran terpenting yang didapatkan Nabi Muhammad SAW dari Mi’raj adalah kewajiban shalat lima waktu. Shalat menjadi ibadah yang tidak hanya sebagai kewajiban bagi umat Islam, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga hubungan spiritual dengan-Nya.
      • Penguatan Iman: Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah ujian besar bagi keimanan umat Islam pada masa itu. Meskipun banyak yang meragukan peristiwa tersebut, Nabi Muhammad SAW tetap teguh dan sabar, menunjukkan keteguhan iman yang sangat tinggi. Ini juga menjadi pelajaran bagi umat Islam untuk menjaga keteguhan iman dalam menghadapi tantangan.

      Doa di Al-Aqsa

      Al-Qur’an menyebutkan bahwa tempat-tempat suci seperti Masjid Al-Aqsa adalah tempat yang diberkahi. Menurut hadis, beribadah di Masjid Al-Aqsa memiliki pahala yang sangat besar, dan umat Islam dianjurkan untuk mengunjungi dan berdoa di sana jika mampu.

      Nabi Muhammad Saw pernah berbicara tentang pahala istimewa yang didapat umatnya, apabila mereka beribadah di masjid yang diberkahi ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Rasulullah Saw bersabda:

      “Satu kali salat di Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu salat di masjid lainnya, seribu kali salat di masjidku, dan lima ratus kali salat di Masjid Al-Aqsa.” (HR. Ibnu Majah)

      Hadis di atas menjelaskan bahwa Masjid Al-Aqsa memiliki keutamaan khusus dalam Islam. Salat atau berdoa di masjid suci ini bernilai 500 kali lebih baik daripada salat di masjid-masjid lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Masjid Al-Aqsa dalam sejarah Islam, termasuk sebagai kiblat pertama umat Islam, dan perannya dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi